Siapakah Julaibib
Pesona Hati Julaibib
=============
Julaibib namanya. Berpenampilan lusuh, postur tubuh kecil dan rupa yang
tidak terlalu menarik, membuat adanya seperti tiadanya. Tak diketahui
jelas siapa ayah dan kakek moyangnya. Padahal bagi bangsa Arab nasab
adalah sesuatu yang sangat penting. Para sahabat pun tidak banyak yang
menaruh perhatian padanya.
Lantas apa menariknya Julaibib? Saat ia mati syahid, Rasulullah saw
bertanya kepada para sahabat di akhir pertempuran, “Apakah kalian
kehilangan seseorang?” Serempak para sahabat menjawab, “Tidak, ya
Rasulullah.” Beliau mengulang pertanyaan itu tiga kali dan mendapat
jawaban yang sama. Dengan menarik napas dalam, Rasulullah bersabda,
“Tetapi aku kehilangan Julaibib.” Serentaklah para sahabat mencarinya.
Julaibib ditemukan berlumuran darah dengan 16 luka di bagian depan
badannya, di tengah gelimpangan tujuh orang musuh. Rasulullah
mengafaninya seraya berkata, “Ya Allah, dia bagian dari diriku dan aku
bagian dari dirinya.”
Sahabat, banyak di antara kita yang telah
dianugerahi Allah nikmat berlimpah—harta, kedudukan, kesehatan, dan
lainnya. Di atas semua itu, Allah telah menganugerahkan nikmat iman dan
Islam. Namun sering kali nikmat iman tidak mampu mengendalikan diri kita
untuk bersyukur dengan limpahan nikmat dunia.
Kita merasa
selalu kurang, seperti kurang harta, sehingga menyeret kita untuk
korupsi. Dalam skala lebih kecil dan sederhana, rasa tidak percaya diri
dan minder kerap hinggap karena kita selalu merasa kurang. Kurang
cantik, misalnya, padahal demikianlah Allah menakdirkan rupa kita. Lebih
disayangkan lagi ketika kita tidak mampu menyikapi semua itu dengan
iman.
Iman kepada Rasulullah dan perkataan beliau semestinya
menggairahkan kita untuk meraih kemuliaan di sisi Allah bukan dari
ukuran fisik. Bukankah Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak
melihat kepada jasad dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati-hati
kalian.”
Sahabat, Julaibib telah memberi teladan bahwa postur
tubuh, tampilan rupa, strata sosial tidak harus membuat kita rendah
diri. Ia telah mengajarkan kita bahwa semua berhak mendapatkan tempat
mulia di sisi Allah. Tak peduli orang sekitar menganggap adanya seperti
tiadanya.
Ia lebih fokus pada upaya menyucikan hatinya. Ia
lebih bersemangat mematutkan hati agar mendapat tempat mulia di
sisi-Nya. Ia lebih memilih surga dan para bidadari daripada dunia.
Julaibib membuat Allah dan Rasul-Nya terpesona sehingga Rasulullah
mengatakan, “Dia bagian dari diriku dan aku bagian dari dirinya.”
Julaibib telah mendahului kita mengambil posisi mulia di sisi Allah.
Lalu apakah kita sudah berusaha menyusulnya?
Tiada ulasan:
Catat Ulasan