Sabtu, 5 November 2011

[ Pengajian Ittihad - Doa Seorang Hamba serta Kisah Umar & Sahabat ]

  Ya Allah..
  Titipkanlah cinta yang bisa menambahkan cintaku pada-Mu..
  Yang aku cinta tidak lebih dari cintaku pada-Mu..
  Yang mengingatkan aku pada-Mu selalu..
  Yang bisa terhapus dosaku keranaku bersabar dengannya..
  Yang menasihatiku tanpa jemu walau menyakitkan hatiku..
  Apalah sangat Ya Allah, hendak dibandingkan dengan seksa-Mu yang dia selamatkan dengan nasihatnya..
  by anonim =)

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki mendatangi Umar Ibn Al-Khattab radhyallahu ‘anhu, hendak mengadukan akhlak isterinya. Sesampainya di sana, dia berdiri menunggu di depan pintu. Tiba-tiba dia mendengar isteri Umar radhyallahu anhu sedang ngomel-ngomel memarahi beliau radhyallahu ‘ahhu. Umar radhyallahu anhu pun hanya terdiam, tidak membalas omelan isterinya.
Lelaki itu pun pulang dan berkata pada dirinya: “Jika saja seorang Amirul Mukminin seperti ini, lalu bagaimana dengan diriku?

Tidak lama berselang, Umar radhyallahu ‘anhu keluar dan melihat lelaki itu sedang meninggalkan rumahnya, lalu memanggilnya: “Apa keperluanmu?!
Dia menjawab : “Wahai Amirul Mukminin, saya datang bermaksud untuk mengadukan akhlak isteriku yang suka memarahiku kepadamu. Lalu aku mendengar istrimu tengah memarahimu. Maka aku berkata pada diriku sendiri: “Jika Amirul Mukminin saja sabar menghadapi omelan isterinya, lalu kenapa saya harus mengeluh?

Maka Umar radhyallahu anhu berkata : “Wahai saudaraku, sesungguhnya saya bersabar, karena memang istriku mempunyai hak atasku. Dialah yang telah memasak makanan buatku, mencuci pakaianku, dan menyusui anakku, padahal kesemuanya itu tidak diwajibkan atasnya. Di samping itu, dia telah mendamaikan hatiku untuk tidak terjerumus kedalam perbuatan yang diharamkan. Oleh karena itu, aku bersabar atas segala pengorbanannya“.
Amirul Mukminin, isteriku pun demikian.”, kata lelaki tadi.

Maka Umar radhyallahu anhu pun menasehatinya : “Bersabarlah wahai saudaraku, karena omelan istrimu itu hanyalah sebentar

Demikianlah kedudukan perempuan dalam Islam, sehingga sang khalifah pun memberikan suri tauladan yang baik dalam berinteraksi dengan mereka. Ini sebagai sebuah isyarat bahwa, perempuan dalam rumah tangga harus diberikan hak untuk berbicara mengutarakan pendapatnya, entah itu ia lakukan dengan emosi atau tidak. Suami harus diam mendengarkannya. Itulah sebagian dari adab islami dalam hubungan suami istri. Dengan mengingat peran istirinya, Umar radhyallahu anhu kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.

Umar radhyallahu anhu hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang lembut dan baik, dengan bercanda.

Tiada ulasan:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...