Isnin, 14 Februari 2011

Jujurlah Padaku, Ini Cinta Atau Nafsu? (Siri Valentine Day)

Salam cinta.

Saya sukakan cinta, tetapi saya akan berubah menjadi benci jika dihubungkan ia dengan nafsu yang jahat. Saya benci kalau ianya telah diubah menjadi suatu yang keji hasil olahan dari syaitan. Sedangkan cinta itu sebenarnya suci. Tetapi yang menjahanamkan ia adalah hawa nafsu yang membawa kepada panas teriknya neraka.

Semalam, saya membeli-belah di salah sebuah mall di Medan berhampiran rumah saya. Saya melihat ada pertandingan nyanyian berduet pasangan lelaki dan perempuan sempena Valentine Day. Saya bertanya-tanya di dalam hati, kok masih ada lagi orang-orang Islam di zaman ini yang tak tahu asal-usul Valentine Day ya? Saya hanya mampu menggeleng kepala. Astaghfirullahal azim.

Di sini, saya akan tinggalkan kalian dengan sedikit petikan yang saya gemari dari bukuNikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan - Salim A. Fillah; khasnya untuk mereka yang mungkin bercadang ingin menyambut Valentine Day.

***

"Cinta adalah cermin bagi orang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemahlembutan dirinya dalam citra kekasihnya. Karena sebenarnya ia tidak jatuh cinta kecuali kepada dirinya sendiri."
- Al-Imam Ibnu Dawud Azh Zhahiri

dr. Ali Akbar menggambarkan sebagai ucapan seorang pemuda kepada seorang wanita, "Aku mencintaimu..", tapi sebenarnya berbunyi, "Aku ingin berzina denganmu.."

Maka, jujurlah padaku, ini cinta atau nafsu?

"Maka apakah orang-orang yang dijadikan (oleh syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu syaitan).." (Faathir: 8)

Nafsu itu, Ah kasihan si CINTA!

"Dan aku tidak berlepas diri dari (kesalahan) nafsuku. Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(Yusuf: 53)


Anda dan saya memang bukan malaikat. Jangan pernah menyesali keberadaan nafsu dalam diri kita, dan pasti jangan pula membunuhnya. Allah SWT menjadikannya sebagai amanah yang dipercayakan agar kita meletakkannya dalam ketaatan sebagaimana Ia gariskan. Fitrah inilah yang menjadi sarana lestarinya jenis manusia sebagai makhluq Allah yang diperintahkan untuk beribadah kepadaNya semata dan memakmurkan bumiNya semesta.

"Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina adalah perbuatan keji. Dan jalan yang buruk." (Al-Isra': 32)

Betapa para penipu menggunakan kata cinta untuk mewakili nafsu keji yang mereka selimutkan sepanjang proses pendahuluan sampai zina yang disebut sebagai pembuktian cinta. Demi Allah mereka berdusta! Setiap lelaki hanya menginginkan regukan kenikmatan dalam setiap interaksi yang mereka sebut pacaran meski mereka bersumpah bahwa cintanya suci dan sejati.

Zina, mungkin juga berupa pacaran yang oleh orang tua 'modern' dikatakan sebagai, 'anak saya masih mengerti batas-batasnya'. Batas apa? Demi Allah, catatan zina tak hanya menggores apa yang ada di antara pusat dan lutut. Semua indera dan anggota tubuh bisa jadi terdakwa. Mata, telinga, lisan, tangan, kaki, juga angan. Di bagian tubuh manapun, zina mendudukkan diri sebagai potensi celaka yang harus diwaspadai.

"Telah tertulis atas anak Adam nasibnya dari zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Maka kedua mata, zinanya adalah memandang. Kedua telinga, zinanya berupa mendengarkan. Lisan, zinanya berkata. Tangan, zinanya menyentuh. Kaki, zinanya berjalan. Dan zinanya hati adalah ingin dan angan-angan. Maka akan dibenarkan hal ini oleh kemaluan, atau didustakannya.."
(Hadis Riwayat Muslim, dari Abu Hurairah)

Memang, ketika seorang mu'min telah menghadirkan Allah sebagai kebersamaan dan pengawasan, persepsinya terhadap sesuatu bukan lagi persepsi orang kebanyakan. Ia memandang alam wujud dari ufuk yang tinggi, ufuk kesucian, keagungan dan kemuliaan. Allah-lah yang paling berhak atas cinta, pengabdian, penghambaan, dan segala yang dia miliki.


"Wahai ummat Muhammad. Demi Allah saat hamba laki-laki berzina, dan saat hamba perempuan berzina, tidak ada yang lebih cemburu daripada Allah.Demi Allah, wahai ummat Muhammad, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan lebih banyak menangis daripada tertawa.." Kemudian Rasulullah SAW mengangkat tangannya dan berkata: "Ya Allah, bukankah aku sudah menampaikan?"
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Apakah kalian dengar wahai ummat Muhammad? Adakah kalian dengar hai orang beriman? Ya Allah, bukankah aku sudah menyampaikan? Allahummasyhad, ya Allah saksikanlah!

[Salim A. Fillah, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan]

***

Maka, kalian yang sedang menikmati cinta bersama pasangan kalian, mintalah fatwa pada hati. Perlukah disambut Valentine Day ini? Tahukah kamu asal-usul Valentine Day? Silakan google dan mencarinya. Atau mungkin kamu perlu membaca entri penangan saya berupa cinta sempena Valentine Day yang pernah saya tulis tahun lalu.

Keinginan saya semakin meluap-luap untuk menyertakan definisi cinta oleh Salim A. Fillah dalam bukunya itu;

"Cinta berupa energi, yang membuat sang pencinta memiliki tatapan pinta kepada Rabbnya. Pandangan kasihnya jatuh jua ke retina cinta, takkan berpaling selamanya. Lalu senyumnya pun merekah, mekar dari kuncup cinta. Bahkan di kala tangis, ia menimba luhnya dari mata air cinta.."

"Energi cinta, energi yang meredakan segala resah dan gelisah dengan mengingat Sang Kekasih. Ketenangan di segala suasana, keteduhan di setiap terik. Keteguhan untuk mengucapkan Ahad.. Ahad walau cambukan terus melecut dan pasir panas menjadikan tubuh bak kacang goreng. Cinta ini berbuah dzikir naturi yang menenteramkan.."

Maka, janganlah menjadi orang yang dungu dengan menyambut Valentine Day ini yang tidak harus disambut. Hari cinta bukan hanya pada 14 Februari, tetapi setiap hari kita sebenarnya menerima cinta dan menyambutnya. Atau perlukah aku mendefinisikan maksud cinta itu? Begini saja, yang namanya cinta, kamu bebas mendefinisikannya.

Wardatul Shaukah
teratak mawar
2.40 pm, Medan.

Tiada ulasan:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...